Kamis, 31 Maret 2011

Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan


KONSEPSI ILMU BUDAYA DASAR DALAM KESUSASTRAAN
A.    PENDEKATAN KESUSASTRAAN
IBD, yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the umanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus.
Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan kedalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang – kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang – cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya. Pada pokonya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu adaa yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu – ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi/pengetahuan budaya.
Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normative, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normative, nilai – nilai yang disampingkannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya. Sedangkan sastra lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagian, kebebasan, dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.
IBD adalah salah satu mata kuliah yang diberikan dalam satu semester, sebagai bagian dari MKDU. IBD tidak dimaksudkan untuk mendidik ahli – ahli dalam salah satu bidang keahlian yang termasuk didalam pengetahuan budaya (The Humanities). Akan tetapi IBD semata-mata sebagai salah satu usaha mengembangkan kepribadian mahasiswa dengan cara memperluas wawasan pemikiran serta kemampuan kritikalnya terhadap nilai – nilai budaya. Pada waktu mengunakan karya sastra misalnya. Mahasiswa tidak perlu mengetahui sejarah sastra, teori, sastra, kritik sastra, dan sebagainya. Memang seperti cabang – cabang the humanities lainnya, dalam Ilmu Budaya Dasar sastra tidak diajarkan sebagaia salah satu disiplin ilmu. Sastra disini digunakan sebagai alat untuk membahas masalah – masalah kemanusiaan yang dapat membantu mahasiswa untuk menjadi lebih humanus. Demikian juga filsafat, music, seni rupa dan sebagainya. Orientasi the humanities adlah ilmu : dengan mempelajari satu atau sebagian dari disiplin ilmu yang tercakup dalam the humanities, mahasiswa diharapkan dapat menjadi homo humanus yang lebih baik.


B.     ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PROSA
Istilah prosa banyak padanannya. Kadang – kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction sja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pemeran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.
Dalam kesusatraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru.
·         Prosa lama meliputi
1.      Dongeng – dongeng
2.      Hikayat
3.      Sejarah
4.      Epos
5.      Cerita pelipur lara

·         Prosa baru meliputi
1.      Cerita pendek
2.      Roman/novel
3.      Biografi
4.      Kisah
5.      Otobbiografi

C.     NILAI – NILAI DALAM PROSA FIKSI
Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat satra. Adapun nilai – nilai yang diperoleh pembaca lewat satra antara lain :
1.      Prosa fiksi memberikan kesenangan
2.      Prosa fiksi memberikan informasi
3.      Prosa fiksi memberikan warisan cultural
4.      Prosa memberikan keseimbangan wawasan



D.    ILMU BUDAYA DASAR YANG DIHUBUNGKAN DENGAN PUISI
Pembahasan puisi dalam rangka pengajaran Ilmu Budaya Dasar tidak akan diarahkan pada tradisi pendidikan dan pengajaran saatra dan apresiasinya yang murni. Puisi dipakai sebagai media sekaligus sebagai sumber belajar sesuai dengan tema – tema atau pokok bahasan yang terdapat didalam Ilmu Budaya Dasar.
Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesinaan, dan kesenian cabang/unsure dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistic/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata – katanya.
Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan :
1.      Figura bahasa (figurative language) seperti gaya personifikasi, mentafora, perbandingan, alegori, dsb sehingga puisi menjadi segar, hidup, menarik dan member kejelasan gambaran angan.
2.      Kata – kata yang ambiquitas yaitu kata – kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.
3.      Kata – kata berjiwa yaitu kata – kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.
4.      Kata – kata yang konotatif yaitu kata – kata yang sudah diberi tambahan nilai – nilai rasa dan asosiasi – asosiasi tertentu.
5.      Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal – hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.
Adapun alasan – alasan yang mendasari penyajian puisi pada perkuliahan Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut :
1.      Hubungan puisi dengan pengalaman hidup manusia
2.      Puisi dan keinsyafan/kesadaran individual
3.      Puisi dan keinsyafan social
  


daftar pustaka :
- elearning.gunadarma.ac.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar